Di Bali Upacara Pitra Yadnya dikenal memiliki beberapa tingkatan seperti :
a. Sawa Prateka, yakni upacara perawatan dan penyelesaian jenasah seperti dikubur ( mekingsan ring pertiwi ), dibakar ( mekingsan ring geni) dsb.
b. Asti Wedana yaitu tingkatan upacara pitra yadnya yang lebih tinggi yang umumnya disebut NGABEN. Bentuk asti wedana adalah :
1. Sawa Wedana yaitu upacara ngaben bila yang dibakar adalah
jenasah. Upacara ini dikenal juga dengan nama SWASTA.
2. Asti Wedana yaitu upacara pengabenan dengan membakar jenasah
yang sudah berbentuk tulang ( sudah dikubur terlebih dahulu).
3. Ngerca Wedana yaitu upaca ngaben dengan membakar simbol sebagai
pengganti tulang/jenasah orang yang sudah meninggal. Upacara ini biasanya
dilakukan untuk orang yang waktu meninggal telah mekingsan ring geni, atau
meninggal tetapi jenasahnya tidak ditemukan ( misalnya meninggal di laut atau
di hutan ), atau juga jenasah yang dikubur tetapi tulangnya tidak ditemukan.
c. Atma Wedana, yaitu upacara tingkat berikutnya yang bertujuan
lebih menyempurnakan jiwatman yang telah diabenkan dari alam surga menuju alam
dewa/moksa.
Bentuk atma wedana antara lain, ngeroras, mukur, maligia.
Bentuk atma wedana antara lain, ngeroras, mukur, maligia.
Disamping bentuk upacara pitra yadnya sebagaimana dijelaskan di atas yang lebih penting dilakukan masa kini adalah bagaimana usaha kita untuk menjunjung nama baik dan kehormatan leluhur dan orang tua. Jadi pitra yadnya dalam kaitan kewajiban sebagai siswa adalah dengan belajar sebaik-baiknya sebagaimana harapan orang tua. Melayani orang tua semasih hidup dengan ikhlas serta tidak mengecewakan dan menyakiti hati orang tua adalah merupakan pitra yadnya utama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar