Minggu, 06 Mei 2012

Pura Dalem

Kata Dalem secara harafiah berarti jauh atau sulit dicapai. Disebut demikian karena dalam kenyataannya Dewa Siwa adalah sulit dicapai oleh manusia karena beliau adalah niskala, wyapi-wyapaka.

Sakti dari Dewa Siwa adalah Dewi Durga, di mana kata Durga berarti jangan mendekat, sebagai wujud kroda dari Dewa Siwa yang berfungsi mempralina alam ciptaan Tuhan.
Dalam seni arca Siwa diwujudkan dalam berbagai-bagai bentuk sesuai dengan fungsi yang dijalankan. Siwa sebagai Mahadewa, Siwa sebagai Maha Guru Siwa sebagai Mahakala dan saktinya adalah Dewi Durga.

Siwa sebagai Mahadewa laksana atau cirinya adalah ardhacandrakapala yaitu lambang bulan sabit di bawah sebuah tengkorak yang disematkan pada mahkota, mata ketiga di dahi, upawita ular naga, tangannya empat masing-masing memegang cemara, aksamala, kamandalu dan trisula.

Siwa sebagai guru atau di Bali disebut Batara Guru laksananya adalah kamandalu, Trisula, perutnya gendut berkumis dan berjanggut panjang. Sedangkan sebagai Mahakala rupanya menakutkan seperti: raksasa, bersenjatakan gada.

Durga sebagai saktinya Siwa dilukiskan sebagai Mahisasuramardini ini. la berdiri di atas seekor lembu yang ditaklukkan. Lembu ini adalah penjelmaan raksasa (asura) yang menyerang Kahyangan dan dibasmi oleh Durga, Durga digambarkan bertangan 8,10 atau 12, masing-masing tangannya memegang senjata.

Arca Durga yang terkenal dari Bali adalah Durgamahisasuramardini dari Pura Bukit Dharma Mesa Kutri Gianyar. Arca ini adalah arca perwujudan dari Gunapriya Darmapatni Ibunda dari Airlangga. Laksana dari arca ini adalah bertangan delapan tetapi yang tinggal utuh hanya enam buah, tangan kanan masing-masing memegang cakra, anak panah, kapak, sedang tangan kirinya masing - masing memegang kerang bersayap, busur dan tameng.

Putra dari Dewa Siwa adalah Ganesa yang digambarkan berkepala gajah dengan empat buah tangan, yang masing-masing memegang mangkuk, patahan gading, aksamala (tasbih dengan 50, 81, atau 108 butir manik) dan kapak. Ganesa disembah sebagai Dewa penyelamat dari segala rintangan dan juga sebagai Dewa ilmu pengetahuan.

Mengenai Denah dari Pura Dalem pada garis besarnya dapat dibagi atas dua bagian yaitu: Jabaan (halaman pertama) dan Jeroan (halaman kedua). Masing-masing halaman tersebut disertai dengan bangunan-bangunan dengan fungsinya masing-masing. Bangunan-bangunan yang didirikan di halaman pertama adalah hampir sama dengan bangunan-bangunan yang ada di Pura Desa. Perbedaannya di halaman pertama Pura Dalem tidak terdapat Bale Agung. Beberapa bangunan di halaman pertama adalah candi bentar, bale kulkul, bale gong, pawaregan, apit lawang, candi kurung (paduraksa).


Pada halaman kedua yang merupakan halaman yang tersuci, terdapat beberapa jenis bangunan dengan fungsinya masing-masing, seperti :

Sanggar Agung.
Bangunan suci ini ditempatkan pada bagian arah Timur Laut (kaja kangin) dari denah halaman kedua. Bangunan ini berfungsi sebagai tempat pemujaan Hyang Raditya (Tuhan Yang Maha Esa).

Gedong Agung.
Bangunan ini berbentuk gegedongan dengan memakai atap dari ijuk. Pada bagian badan dari gedong terdapat ruangan yang berfungsi sebagai tempat pratima (Arca) dari Dewa. Gedong Agung berfungsi sebagai tempat pemujaan Dewa Siwa dalam wujud sebagai Dewi Durga yaitu Sakti dari Dewa Siwa.

Ratu Ketut Petung.
Bangunannya berbentuk gedong tetapi ukurannya lebih kecil dari gedong bata. Bangunan ini mempunyai fungsi sebagai tempat dari pepatih (pendamping) dari Dewa.

Ratu Ngerurah.
Bangunannya berbentuk tugu, hanya bagian atas terbuat dari konstruksi batu padas, sedangkan kalau gedong bagian kepala dari bangunan terbuat dari konstruksi kayu dengan atap alang-alang atau ijuk. Bangunan ini berfungsi sebagai penjaga dan bertanggungjawab atas keamanan dari pura.

Denah Pura Dalem

1
Gedong Agung
2
Ratu Ngerurah
3
Ratu Ketut Petung
4
Sanggar Agung
5
Bale Pawedan
6
Pengaruman
7
Kuri Agung
8
Apit Lawang
9
Bale Pasandekan
10
Bale Gong
11
Bale Kulkul
12
Pwaregan
13
Candi Bentar